Kamis, 29 Juni 2023

Bukan Cerpen/Bukan Puisi

 Bisa jadi Rindu

Oleh: Dina


Di saat aku merindukanmu...

Aku ke luar rumah sesaat setelah hujan reda...

Gerimis kecil, daun-daun yang basah, lampu-lampu jalan


Aku berdiri di depan pohon berdaun kecil

Semakin rindu ketika daun-daun kecil itu

Basah dan memantulkan cahaya lampu dari balik pohon


Sorot cahaya lampu di tepi jalan,

Tergores oleh banyak gerimis

Dan aku teringat kamu berdiri di bawahnya


Ketika aku merindukanmu...

Ku buka kacamata ini

Di saat malam semakin larut..


Rabu, 28 Juni 2023

Selamat Hari Raya Idul Adha

Assalamualaikum

Mau cerita soal corat-coret ‘Balon’. Itu bukan tertuju ke layangan. Kalau difikir bisa jadi juga ke layangan. Tapi sayangnya, bukan ya.

Layangan itu ‘kan bukan cuma diterbangkan tapi bisa diadu.

Sedangkan balon itu pasif, terbang ya terbang. Ga bisa diadu.


Bait pertama, kedua dan ketiga itu konflik di antara dua orang.

Jadi maksud/tujuan dari corat-coret yang saya buat itu bisa diartikan pengendalian emosi

Balon itu ibaratkan emosi atau keinginan yang kuat untuk membalas. Seuntai tali itu sebuah kontrol. Dan tangan ya subjek.

“Raih aku dan peluk erat di dada lalu lepaskan kembali, biarkan tetap diikat dengan seuntai tali”.

(Mencari tempat untuk mencurahkan isi hati. Agar tidak terlalu berat).

Bait terakhir menjelaskan pointnya. Jadi meskipun melepaskan emosi bisa membuat kita lega, tapi mending ditahan aja. Karena kalau sudah lepas kontrol keduanya ga bisa dibalikkan lagi.

Wassalamu’alaikum.


Bukan Cerpen/Bukan Puisi

 Bisa jadi Rindu

Oleh: Dina.S


Melakukan semua yang kamu minta.

Memberikan semua yang aku miliki.

Bukan semata ingin kau akui kehadiranku.

Tapi bisa jadi hanya ingin kamu merasakan juga.

Apa yang jadi hasratmu


Mengalah akan semua yang kamu egokan.

Memaafkan semua kesalahanmu.

Bukan semata ingin menggetarkan hatimu

Dan menyadarinya


Bukan seperti ini,

Berjalan bersamamu di sisa hidupku yang selalu aku impikan


Kamu mimpiku

Bagiku tetap hanya kamu yang selalu jadi tujuanku


Senin, 26 Juni 2023

Selamat Siang

 🌱 Assalamualaikum, lagi rame di FYP Tiktok. Akan kata-kata yang kritis antara uang dan pemikiran. Beserta parodi yang dibuat rame-rame.


Bunyinya, “Lu punya uang Lu punya Kuasa. Tapi, buat gua enggak, nyet. Diibaratkan, gua lawan orang bermateri lawan gue yang ga bermateri. Bisa jadi gue menang, soal pemikiran.” (Maaf ga bisa diketik Link-nya)


Menurut saya,

Uang= kekuasaan, tujuan dan hasil.

Pemikiran= usaha, niat dan kemampuan.

Ga akan menang uang lawan pemikiran. Atau sebaliknya.

Niat yang tulus akan tercapainya tujuan.

Usaha yang tekun akan membuahkan hasil.

Semuanya jika digabung dengan kemampuan dan kejujuran bisa membuat kekuasaan.


Pemikiran dan uang ga bisa diadu...


"Kalau pengen uang ya harus mikir," kata mantan suami.

"Kalau udah mikir ga dapat juga uang ya harus rendah hati, introspeksi dan berserah diri,"


Maaf ya ikut sotoy, soalnya ngomongin uang..

“Uang emang bisa membeli kehidupan, kayak beli sembako, dll. Tapi uang bukan segalanya. Buktinya ga bisa beli nyawa orang yang udah ga ada. Ga bisa beli masalalu yang udah terlewat lama”.

Cuma corat-coret biasa. Wassalamu’alaikum 🌱


Bukan Cerpen/Bukan Puisi

Telur Ceplok

Oleh: Dina


Jika ada telur, pecahkanlah dengan sendok

Aduk rata di cekungnya cawan

Jika tidak ada cawan, pecahkan di atas penggorengan

Jangan lupa dengan spatulanya

Untuk membalikkan permukaan telur


Siapkan piring dan garpu

Letakkan di atas nasi hangat dan taburi telurnya dengan garam


Telur dikocok sudah pasti jadi telur dadar

Telur direbus sudah pasti jadi telur rebus

Telur dipecahkan di atas penggorengan bisa jadi telur ceplok


Jika ingin menjadi penenang,

Dengarkan anakmu ketika mengungkapkan impiannya

Jika ingin mencari kedamaian

Jangan acuhkan keluh kesah Ibumu


Sabtu, 24 Juni 2023

Bukan Cerpen/Bukan Puisi

Bukan UFO

Oleh: si Ucul



Cahaya yang indah melintas di bawah sinar rembulan

Menebas daun-daun yang terangkai di pohon yang kokoh

Memecahkan bola-bola lampu yang tergantung di kerangka besi tipis


Cahaya itu melintas berbaur bersama bintang-bintang

Ungu bercampur putih mewarnai bola matanya yang simetris


Tanah yang gembur melunak karena uapnya

Hijaunya rumput berubah menjadi coklat karena paparan panasnya


Kucing berlari,

Kelelawar pun ikut berterbangan

Ketika angin kencang dikeluarkannya, semuanya  menjauh


Cahaya menghilang dan kesunyian pun kembali menyatu dengan gelapnya malam hari


Bukan Puisi/Bukan Cerpen

Angin bertiup kencang malam itu

Daun-daun kering berterbangan mengikutinya dari belakang

Riuh gemuruh suara hujan kian mendekat


Seorang gadis dengan payung berwarna merah menyala,

Berjalan dan cahaya kunang-kunang menemaninya dibalik rerumputan tinggi


Tiada henti hatinya berdoa ketika hawa dingin yang berbeda meniup

Tangannya bergetar dan memegang erat payung,

Cipratan air yang jatuh terinjak dari lawan arah

Membuatnya berhenti sejenak dan tetesan keringat dingin terasa kuat dari celah-celah rambut-rambut tipis keningnya


Mengusap keringat, mengernyitkan dahi,

Melanjutkan langkahnya seolah tak perduli

Namun angin kencang itu mulai menguji

Ditiupnya payung merah menyala itu

Payung terbalik dan bergegas ia balikkan posisinya

Namun hujan turun dengan deras secara bersamaan


Suara lolongan anjing menggetarkannya saat ini,

Kali ini ia mulai berlari, tersandung dan masuk ke dalam kubangan air

Tampak kaki putih pucat ketika ia hendak beranjak

Ia pejamkan mata, dibuka kembali

Namun hanya terlihat lampu dan bangku kecil yang terbuat dari kayu


Dia mencoba membuka pagar

Kunci berlogo M terjatuh dan lima jari tangan pucat,

Menggenggam punggung tangan gadis itu

.....

Jari itu dingin dan terasa seperti ruangan yang kosong

.....

Hawa dingin berubah jadi panas,

Biru lebam membekas di punggung tangannya


Kamis, 22 Juni 2023

Bukan Puisi/Bukan Cerpen

Balon

Oleh: Enna


Perasaan hampa yang kian menjadi

Detak jantung yang kian berdegup kencang

Tetesan air mata yang jatuh tak terbendung

Getaran tangan tiada henti,

Dan keringat bercucuran di sekujur tubuh


Ketika ku pandangi


Sorot mata yang tajam

Dua belah bibir tipis yang saling beradu

Telinga memerah tiada padam

Dan genggaman jari jemari yang kian kuat


Bisakah kau ulurkan satu tanganmu lagi untuk meraihku

Peluk erat aku di dadamu, lalu kau lepaskan aku kembali

Berilah jarak di antara kita

Meski hanya lewat seuntai tali

Biarkanlah tetap seperti itu saja


Jangan kau lepaskan genggaman jarimu yang kuat itu

Yang aku tahu kau takkan mengejarku jika lepas

Aku pun tak bisa kembali jika sudah tak kau genggam


Jangan kau lepaskan,
Meskipun melepaskan aku adalah harapan barumu

Rabu, 21 Juni 2023

Bukan Cerpen/Bukan Puisi

Penghapus

Oleh: Enna


Kenapa yang manis itu selalu gula

Kenapa yang terang itu selalu cahaya

Kenapa yang lembut itu selalu sutera

Kenapa yang hangat itu selalu matahari senja

Kenapa yang indah itu selalu senyuman kamu


Kalau harus aku kecap akankah terasa

Kalau harus aku lihat akankah kan nampak

Kalau harus aku raba akankah tersayat

Kalau harus aku dekap akankah tercurahkan

Kalau harus aku nyatakan akankah kau bersedia


Seperti tulisan yang tak berarti

Seperti tulisan yang tak tersusun rapi

Seperti tulisan yang tak menjelaskan apapun


Tapi,

Bisakah kau pinjamkan penghapus putih itu?

Ingin kuhapus tanya yang aku tulis

Karena takkan pernah aku dapatkan

Jawaban dan uraian alasan-alasannya



Selasa, 20 Juni 2023

Bukan Cerpen/Bukan Puisi

 Istana Pasir.

Oleh: Si Ucul.


Seorang anak dan ayahnya berbaur dengan alam di pagi hari.

Diteriaki ombak, diselimuti hawa dingin dan goresan lurus ujung laut yang tenang ikut membias ketika matahari terbit menyapa.


Ember kecil yang menjadi wadah

Sekop dan cetakan, membantu membuat susunan

Pasir-pasir lembut ditumpuk, dipadatkan

Dijajarkan membentang dan tegak.


Satu, dua... satu, dua...

Hitungan singkat dan berulang itu diserukan


Bukan Bunga atau potongan kecil dari kelopaknya yang mereka kolase-kan

Hanya sehelai daun kecil yang tertancap di atas menara itu


Tangan mungilnya mencabut sedikit demi sedikit rumput-rumput kecil di tepi pantai

Ditempelnya disisi-sisi miniatur benteng


Senyum kecil ayah dan gelak tawa anaknya menyambut hangat istana pasir.


Saling berpegang tangan, pergi lalu meninggalkan

Tanpa takut akan hujan turun, atau ombak pasang di malam hari

Karena hanya terbuat dari pasir, istana itu akan kembali ke bentuknya.








Bukan Cerpen/Bukan Puisi

Tertuju

Oleh: Enna


Duduk berbaris sambil memainkan jari,

Mendorong kaca jendela mobil,

Melihat patunjuk arah yang terpatok di persimpangan jalan,

Mengusap lengan baju, terlihat jam bertali hijau.


Mobil berhenti, seorang pemuda naik dan duduk di kursi dekat pintu,

Senyum ramahnya memulai petikan gitar berwarna coklat kayu manis,

Kata perkata yang diubah menjadi nada,

Merasuk ke hati, meracuni pikiran dan mengubah emosi

Meski diam, mata kian menanggapi

Satu ketukan, satu tetes air mata membasahi pipi.


Menunduk melewati penumpang yang lain,

Menunduk ketika melewati gang kecil,

Menunduk memperhatikan setiap langkah,

Semakin menunduk ketika seseorang menyapa.


Meski malu ingin ku lihat senyumnya

Meski ragu tetap ingin aku lihat ramah pandangannya

Meski cemas, apakah mungkin aku tujuannya?


Senin, 19 Juni 2023

Bukan Cerpen/Bukan Puisi

Menatap Langit Senja

Oleh: Dina.S


Lima langkah lagi pendakian ini berakhir

Duduk di atas tebing, menatap langit senja

Dengan kicauan burung, matahari terbenam dan langit mulai memangku kegelapan


Merangkum saat-saat di mana langit senja merona

Bukanlah tujuan di mana lelahnya perjalanan menyusuri jalan setapak; atau

Ketika perlahan melalui tanjakan yang curam dan berlumut.


Menelungkup, meniup ke selah telapak tangan

Menepuk pipi yang mulai mendingin

Tapi saat di mana langit senja itu mulai merona

Entah mengapa daun telinga ikut memerah juga


Sabtu, 17 Juni 2023

Rindu

Berlari di atas pasir putih, menapakkan langkah demi langkah tanpa alas yang menghalangi

Laut biru yang menjadi kenangan
Awan tipis yang menjadi peraduan
Dan ombak kecil yang menjadi penantian

Perahu kecil membelah sementara pasir putih itu sebelum ombak besar pasang dan surut kembali
Berlayar menuju matahari senja yang melengkung di garis pantai di sore hari
Burung-burung berbaris membentuk huruf v, terbang dari suatu tempat ke tempat lain untuk bersinggah di malam nanti
Ada pula perahu yang kembali kemudian menancapkan jangkarnya di tepian

Jika aku ingin, aku tuliskan kata rindu.
Aku masukan ke dalam sebuah botol.
Dilemparnya ke laut hingga tak ada lagi susunan kata rindu di relung hati ini.
Sepertinya, laut bukanlah tempat pelarian.
Tapi sebatas kenangan saja.

Jumat, 16 Juni 2023

Titik Pembatas Nama

Mengecat lantai adalah salah satu tugasnya kalau mesin sedang tidak beroperasi. Terkadang dia pun membantu Leadernya untuk mensteples kertas-kertas laporan yang telah diisi dan menyiapkan peralatan-peralatan. Membantu menginput data-data laporan hasil pekerjaan timnyapun termasuk tugasnya. Menginput laporan adalah pekerjaan yang paling dia sukai, karena tempatnya bersih, bau dari pewangi ruangan yang khas tertempel di dekat Air Conditioner membuat setiap orang yang masuk ke ruangan itu merasa nyaman.

Dizo panggilan kecilnya nama panjangnya sebenarnya ada, namun hanya ada satu huruf yaitu S. Jadi selama hidup dia, dia memiliki nama Dizo titik S. Dizo melakukan salahsatu tugasnya yaitu mengecat lantai. Tinggal beberapa meter hampir selesai, tapi bel sudah berbunyi. Dia pun menghentikan pekerjaannya dan memberikan kerucut pembatas jalan untuk memberikan informasi agar tidak boleh ada satu orangpun yang melewatinya.

Dizo pergi ke tempat kerjanya. Dia mengisi laporan kenapa mesinnya tidak beroperasi dan pekerjaan apa saja yang dia lakukan saat mesinnya berhenti. Dia pun mengelap meja, peralatan dan tiangnya. Lalu, temannya memanggil untuk ke kantin bersama.

Di kantin, seperti biasa mereka berbaris untuk mendapatkan jatah makan. Melihat dan memilih menu, Dizo pilih ayam saus nanas menu favoritnya. Lalu, dia menambahkan satu centong nasi dan mengambil satu gelas teh hangat. Duduk di tengah, karena biasanya yang di ujung itu area bebas merokok. Sebenarnya, untuk posisi makan itu lebih enak di tempat tersebut karena angin sejuk melewati dengan lenggang di sana. Dan seharusnya area bebas merokok itu jangan di kantin.

Setelah makan, Dizo mencuci tangannya dengan sabun yang sudah tersedia di belakang kantin. Masuk ke lorong pabrik, Dizo memakai penyanitasi tangan dan ngobrol bersama dengan temannya sambil berjalan menuju ruang istirahat. Mengobrol tentang masa depan, karena saat itu usia mereka sama-sama masih 20 tahun. Temannya itu sedang melanjutkan pendidikan sambil bekerja. Selesai bersekolah dia berencana akan mencari pekerjaan sesuai pendidikan dan minatnya yang selama ini ia pendam. Temannya mengeluarkan beberapa permen mint dari saku seragamnya. Lalu membukakan permen dan menyuapi ke mulut Dizo. Karena tingkahnya yang lucu seperti kakak yang menyuapi adiknya permen, mereka berdua pun tertawa. Tak lama akhirnya mereka pun menangis, berpelukan dan saling mengucapkan kata maaf.

Bel berbunyi mereka kembali ke tempat kerjanya. Dizo pun melanjutkan tugasnya mengecat lantai. Setelah selesai dia melakukan tugas yang lain pekerjaan kesukaannya yang tak lain menginput data. Sepi sekali saat itu di kantor yang luasnya hampir satu lapang futsal. Dizo menginput beberapa laporan safety timnya. Dizo ingat pertama kali dia masuk, dan menghafal kosakata dalam dunia kerja.

Dizo menyelesaikan tugasnya dan kembali ke tempat kerjanya. Dia mengelap sedikit bagian mesin dan menyapu bagian kolongnya. Dia menemukan peralatan kerjanya yang hilang sejak beberapa bulan lalu. Masih dengan tanda yang sama tertulis namanya namun sudah tumpul di bagian atasnya. Mungkin karena sering dipakai dan sengaja disembunyikan di sana, celetuk kecewanya dalam hati.

Selesai menyapu area tempat kerjanya, Dizo menyapu beberapa bagian tempat kerja tim dan area briefing. Sesekali dia dan temannya menyapa jarak jauh dengan saling melambaikan tangan. Sampai di ujung tempat sampah dia pun berganti membantu menyiapkan peralatan. Mengganti penghapus, pensil, lakban, pulpen dan menyiapkan laporan kosong yang nanti akan di isi. Peralatan lainnya ia berikan ke masing-masing user untuk digunakan, spons, palu yang selesai diperbaiki, sikat, hampelas kasar, jangka, alat ukur dan kedok las.

Sesekali dia datang ke tempat timnya untuk membantu mengelap dan membuang sisa proses produksi. Karena proses pekerjaannya yang butuh konsentrasi, Dizo ataupun timnya tak berani untuk saling sapa. Kalau teman akrabnya, dia bekerja di bidang yang lain.

Setengah jam lagi pergantian shift. Dizo membersihkan papan tulis di area briefing. Dia mengganti laporan penerima kaizen, klaim dan piket untuk bulan ini. Menempelkan laporan kosong untuk diisi dengan informasi baru. Untuk laporan tersebut dia memasukkannya ke dalam lubang kotak transparan yang kuncinya hanya dimiliki oleh leader di setiap regu. Dan di akhir jam kerja, Dizo timnya dan tim beda shift berkumpul untuk melakukan briefing bersama. Di akhir, dia bersalaman dengan rekan dan leadernya. Ada yang memasang senyum, ada yang menangis, dan ada yang merangkul sambil memeluknya.

Bel kedua tanda briefing berakhir, kedua timpun berpisah. Yang satu melaksanakan tugas untuk bekerja hingga pagi hari. Dan tim yang lain termasuk Dizo disegerakan pulang karena telah menyelesaikan tugas dari sore hari. Dizo pun berjalan bersama temannya yang beda bagian atau divisi. Mereka menuju loker tanpa obrolan karena rasa sedih Dizo yang membuat keduanya canggung untuk memulai obrolan atau karena keduanya sama-sama sudah kelelahan karena aktivitas hari ini. Sampai di loker, Dizo membersihkan dan mengelap lemari lokernya. Memasukkan barang-barang ke dalam tas, dan menutupnya kemudian berlalu meninggalkan ruang loker menuju area parkir bis.

Di luar hujan turun, dia dan yang lain berhambur menuju ke arah bisnya. Sampai di bis, dia duduk dan mendengarkan lagu favorit. Seketika pikirannya tertuju pada mesin di tempat kerjanya. Dia membuka hp dan melihat foto sketsa yang ia gambar akan mesin tersebut. Dia memikirkan saat-saat bekerja dengan mesin yang ia buat sketsanya. Deru suaranya berbeda dengan yang lain. Dan prosesnya yang lama menunjukan usia mesin itu. Namun hasilnya tidak kalah dengan mesin yang lain. Bagus dan berkualitas. Mungkin hanya perlu mengganti cover mesinnya untuk mengatasi alarm karena safetynya yang kurang. Tapi itu kan pendapat Dizo, Dizo cuma pegawai biasa bukan bagian perbaikan mesin.

Dizo menenggelamkan pandangannya lurus ke arah sketsa mesin tersebut. Aroma tanah yang tercampur air hujan menemaninya di dalam bis tersebut. Dia membuka jendela bis, namun penumpang yang di belakangnya menutup kembali karena airnya yang mencar ke dalam. Dizo pun meminta maaf dan kembali melihat sketsa mesinnya.

Dua bulan awal bekerja dia tidak memegang mesin. Dan dua bulan terakhir dia bekerja, mesin tersebut malah trouble. Saat terakhir pun Dizo seperti dikutuk untuk tidak menyentuh pekerjaannya itu.

...

Di lain waktu dan tempat berbeda, Dizo mengambil sesuatu di sakunya. Beberapa kata yang ditulis dengan aksara kanji sambil melihat ke arah jendela sebelah kirinya. Dia melihat beberapa gumpalan awan. Lalu berkata ke arah teman yang duduk di sebelah kanannya, “Terimakasih dan maaf telah merepotkan”.

Dia menutup kumpulan tulisan aksara kanji itu. Kembali mendengarkan sesuatu yang membuatnya damai namun bukan musik favoritnya. Dia pun larut akan suara itu, suara yang membuat nyaman seperti suara hujan di malam hari dan aroma yang membuat tenang seperti aroma tanah yang basah karena air hujan.


Senin, 12 Juni 2023

Bukan Cerpen

Suasana Setelah Hujan

By: Enna



Mereka yang datang terakhir tanpa ragu mendarat di atas telapak tangan.

Sisa hujan terakhir itu membuat beberapa orang memberanikan diri keluar dari tempatnya berteduh.

Angin malam mulai menusuk menambah suasana dingin. Dan bulu roma tak bisa membohongi untuk berdiri tegak.

Anak kecil yang dituntun ibunya menangis ketika tersandung dan jatuh. Kemudian si Ibu pun langsung menggendongnya. Di sebelah kanan daun-daun menari mengikuti ayunan dari hembusan angin malam. Adapula daun yang semakin tertunduk mengeluarkan beberapa tetesan sisa air hujan yang terbendung dari daun ke daun pohon itu. Yang akhirnya jatuh bersamaan ketika air tampungannya itu menjadi pijakan seekor kelelawar.

Terlihat seekor tikus yang berlari kencang di balik batu-batu. Seorang wanita paruh baya menggunakan payungnya berjalan menyusuri gerimis terakhir, gemercik air tercampur dengan kotoran tanah yang berasal dari kubangan air memantul, menciprat rok panjangnya dan injakan kaki yang sembarang tak menghiraukan dia untuk tetap terus berjalan mencapai tujuannya.

Hujan malam ini berhasil menghapus debu-debu yang berterbangan. Aroma tanah awal hujan pun ia tarik. Tanpa pelangi ataupun matahari karena hujan kali ini tepat di malam hari.

Seorang gadis meniup kaca mobil bus itu, dan ia goreskan sebuah nama. Tak terlihat jelas namanya, namun matanya memandangi nama itu dengan dalam sampai air dari embun yang menempel di kaca menghapus jejak goresan nama itu.


Minggu, 11 Juni 2023

Pengertian Tanda Koma

Pagi ini untuk ke sekian kalinya Kiero memberikan buket bunga dan berharap untuk kesekian kalinya pula gadis pemilik toko bunga menerimanya. Ya gadis berambut ikal bermata sayu bernama Laviara itu sudah lama ditaksir oleh seorang pria yang bekerja sebagai pekerja kantoran.

Namun setiap kali Kiero memberikan buket bunga, selalu dia tolak tanpa alasan. Kiero jatuh cinta terhadap gadis itu selain karena wajahnya yang cantik, tutur katanya yang lembut. Mereka pertama kali bertemu ketika Kiero berkunjung untuk membeli buket bunga yang akan dihadiahkan kepada kekasihnya. Cara Laviara melayani pembeli bukan hanya Kiero, tapi pelanggan lain pun merasa kagum dan betah mengobrol dengannya. Tentu saja saat itu Kiero bertanya bunga apa yang cocok untuk pacarnya. Laviara menunjukkan bunga dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Pertanyaan umum pacarmu lahirnya tanggal berapa, tahun berapa, hari apa atau kalau dia takut itu terlalu privasi mungkin dia menanyakan parfum kesukaan pacar pelanggannya. Dari aroma parfumnya dia bisa menunjukkan bunga apa yang cocok untuk orang yang akan dihadiahi oleh pelanggan di toko bunganya. Tak jarang pula ada orang yang memesan bunga untuk menyindir seseorang. Kalau waktunya senggang atau sepi pelanggan, Laviara menjelaskan secara detail bunga yang dia tunjukan.

Selain toko bunga, Laviara pun menyediakan roti panggang dan kopi otomatis yang lumayan enak. Karena tak cukup uang untuk menggaji karyawan, dan dia sanggup meski hanya dia yang melayani. Jadi kalau buket besar atau karangan bunga duka cita dia minta satu/dua hari sebelumnya untuk pelanggan memesan.

Meskipun Laviara terlihat lembut dan sedikit lemah. Tapi cenderung lebih kuat dibanding wanita lain. Dia kuat satu/dua hari tidur kurang hanya untuk menyelesaikan buket bunga. Maksimal pemesanan buket 15-20 perhari. Karena harganya bersahabat di kantong, buketnya yang sederhana tapi enak dipandang, dan bunganya yang indah membuat menarik lumayan banyak pelanggan.

🍃

Saat itu malam telah tiba, Kiero datang ke toko bunga untuk mengambil pesanannya. Kemudian dia keluar dari toko bunga itu. Langkahnya berhenti ketika ponselnya berbunyi.

“Maaf ya, kita putus saja,” tulis pesan yang Kiero terima.

Tak lama dia dikirimkan sebuah video yang di dalamnya ada dirinya yang sedang di-bully dengan ditelanjangi oleh teman-temannya. Terlihat dari seragamnya, mungkin seragam sekolah menengah atas.

Kiero terduduk dan menangis, dia lebih terpukul ketika videonya pada saat anak-anak itu memalu ibu jari kaki kanannya kencang sekali hingga berdarah.

Terakhir dia diberi foto kalau kekasihnya yang saat itu lulus kuliah ikut terpukul dan sedih melihat video bully-nya Kiero semasa sekolah.

Terlebih kekasihnya tahu kalau Kiero hanya seorang anak yang dilahirkan dari ibu seorang wanita tuna susila.

Kiero pun teringat, meskipun dia jadi anak yang paling baik pun. Dia tetap akan dibully oleh teman-temannya. Dia tak bisa melupakan kejadian di masalalu.

Ternyata perilakunya sudah disaksikan lama oleh Laviara yang akan memberikan dua kopi dan dua roti yang dipesan Kiero.

Laki-laki itu mengusap air mata dan ingus yang keluar dari hidungnya. Selain putus cinta, perbully-an yang ternyata diketahui kekasihnya dan pengorbanan biaya yang lumayan banyak yang dia keluarkan untuk kekasihnya, membuat dia menangis sejadi-jadinya.

“Lemah banget sih kamu,” ujar Laviara.

“Maaf kak, kakak liat dari tadi?”

“Iya,” kemudian Laviara menjadi teman curhat dan meminta Kiero untuk melaporkan bully yang diterima Kiero ke pihak berwajib.

Kiero menjawab jika dia tidak akan melaporkan atau membalas. Karena takut membebani masa depan teman-temannya.

Sejak saat itu Kiero berteman dan pertemanan itu terjalin hampir dua tahun. Tak jarang Kiero membantu Laviara merangkai buket atau karangan bunga pesanan. Karena kekompakan mereka, Laviara bisa membeli satu unit mobil pickup untuk mengantarkan beberapa buket atau karangan bunga. Terkadang kalau tidak ada pesanan, Laviara order jasa angkut barang. Ya, dia melakukannya sendiri. Tapi, Kiero terkadang tiba-tiba datang membantu karena dia selalu update on-line shopnya Laviara.

🌧️

Seperti dikagetkan, Pagi hari Kiero memberikan buket bunga yang kesekian kali. Kali ini ia buat buket bunga dari kumpulan mawar merah yang disukai Laviara.

Terlihat terharu dan meneteskan sedikit air mata, tapi tetap saja Laviara menolak bunga itu. Laviara kali ini benar-benar menolak dengan keras, dia pun menjelaskan alasannya menolak. “jempol kaki kamu bau,”

Kali ini Kiero mulai sakit hati dan sedih. Dia berpikir kenapa baru kali ini dia mendapatkan jawaban dari setiap penolakan yang diterimanya.

Esoknya dia melakukan operasi memutuskan memotong ibu jari kaki kanannya. Selain menutup luka lama, dia merasa memang harus dibuang karena baunya yang sangat mengganggu.

Tapi tetap saja, ia tidak dapat respon yang baik dari Laviara. Akhirnya, dia mencari tahu sendiri apa yang membuat dia ditolak. Ia menyimpan penyadap ponsel, memasang CCtv kecil di setiap sudut toko bunga yang sekaligus rumah Laviara. Tapi tidak dengan daerah toilet, karena Kiero tau Laviara memakai pakaian di sana. Selain CCtv Kiero memasang alat penyadap suara di toko bunga dan termasuk di mobilnya.

Karena takut dicurigai, dia mengisikan token listrik karena pemakaian listrik jadi lebih besar. Semuanya itu dia lakukan karena dia ingin tau alasan Laviara menolak.

Semuanya hanya berlangsung tiga bulan. Karena di hari ulang tahun Kiero, Laviara mengajaknya untuk bertemu. Namun di tempat berbeda dan di kota yang beda.

Kiero dan Laviara bertemu di alun-alun sebuah kota yang sejuk dan tenang. Dia memberikan kue dan buket bunga yang di dalamnya berisi kalung yang dia beri nama keduanya.

“saya terima namun maaf,”

Kemudian dua orang polisi datang.

“Mohon maaf, tapi boleh tidak kamu mengakui benar atau tidak kamu mengikuti sampai menaruh banyak CCtV dan penyadap suara yang di pasang di celah tembok di toko dan di mobil?”

Kiero yang hampir diterima oleh Laviara membuatnya berbohong. Namun kebohongan Keiro tak lekas membuat Laviara percaya.

“Apa yang kamu dapat dari mengendap masuk ke rumahku tanpa ijin?”

“Tak ada banyak hal yang saya dapat kecuali melihat kamu memandang gambar seorang pria yang tergambar dari pensil”

“Tiga bulan kita tidak bertemu. Apa kamu tau perasaan saya yang sudah lama menerima karena melihat kamu menangisi masalalumu dan mendengarkan setiap kata-perkata dari kisah-kisahmu. Tapi saya merasa kehilangan ketika kamu tiba-tiba tidak ingin mau bertemu dan merasa sangat bersalah karena penolak yang berkali-kali dan perkataan terakhir yang sangat menyinggung hati kamu. Tapi saat di mana hatiku lebih hancur, ketika melihat kerlipan dari lampu CCtv. Yang kemudian saya bergegas melaporkannya ke polisi. Dan betapa sakit hatinya saat tau ternyata kamu yang memata-matai. Kalau kamu percaya dengan perasaan kamu, kamu akan selalu datang setiap hari”. Laviara menangis tak terima dirinya dimata-matai. Ia pun menambahkan, “video yang memperlihatkan saya melihat gambar laki-laki di kertas, itu gambar yang saya buat untuk kamu.” Laviara menunjukan gambar dari secarik kertas. “Karena saya tau gambar saya jelek, dan karena sedang dimata-matai, jadi tidak bebas untuk melihat foto kita yang sebagai teman, satu lagi hp pun kamu retas. Selain tidak berani buka order, disela-sela waktu senggang saya menggambar sketsa wajah kamu semampunya”.

Kiero memandang gambar akan wajahnya. Menurutnya tidak jelek malah bagus sekali. Dia pun teringat kalau Laviara sering membuka beberapa kali ponselnya ketika mereka merangkai bunga bersama. Dia terharu, jadi selama ini foto dia yang Laviara pandangi dan berpura-pura ada pesanan buket bunga kalau Kiero mulai penasaran.

Namun, Kiero bertanya sebelum dia dibawa oleh polisi. “Apa yang membuat kamu suka sama saya?”

Laviara memakaikan kalung dan mengusap alis Kiero, “Tak perlu banyak alasan untuk menyukai seseorang. Kamu pun tak harus banyak mencari tahu jawaban kenapa kamu disukai. Kalau kamu percaya akan perasaanmu, yakin dan berperilaku yang seperti biasa. Karena kehadiranmu di hidupnya saja itu cukup membuat seseorang yakin kalau kamu telah diterima,”

🤔

Satu bulan berlalu, dan Laviara mencabut laporannya.

Kemudian,

Hubungan mereka terjalin seperti biasa, mungkin dalam beberapa waktu yang sedikit lama. Tapi, tetap kompak seperti biasanya.

_Selesai_


Sabtu, 10 Juni 2023

Berlagak Seperti Rindu

Kabut pagi hari bukan hanya membawakan angin dan suhu dingin. Tentu saja embun pagi pun tak luput dari daftarnya yang sudah tersebar dari sejak subuh. Lambat laun matahari pagi pun muncul di balik celah-celah dedaunan, ranting dari pohon beringin.

Naula dan Nauma gadis kembar yang memiliki poni setengah kening dan potongan rambut empat jari di bawah telinga sedang asyik bergotong royong menyapu halaman rumah. Gigi kelinci keduanya terlihat bersamaan ketika beradu canda.

Mereka pun memisahkan sampah, salah satu pekerjaan rumah yang sudah dipelajari dari guru sekolahnya. Sampah basah, sampah kering dan sampah berbahaya. Naula dan Nauma pun membawanya ke tempat penampungan sampah yang jaraknya hanya beberapa meter dari rumahnya. Ia pun melabeli ketika ada sampah yang berbahaya, ia tulis dengan nama “Hati-hati ada baterai”.

Naula dan Nauma berjalan pulang sambil berbagi cerita akan tugas kelompok Bahasa Daerah. Mereka berbagi saran karena perbedaan kelas. Naula kelas B dan Nauma kelas J. Saking seriusnya mereka berbincang, ternyata dari kejauhan ada Hubo yang sudah lama memanggil-manggil nama Nauma.

Hubo adalah kakak kelas mereka, dia memanggil Nauma karena mereka satu ekstrakurikuler. Yaitu, catur. Hubo meminta Nauma untuk lebih serius lagi karena Nauma satu-satunya perwakilan catur dari sekolah mereka. Hubo dan lainnya tidak lolos, jadi mereka sangat mempercayakan dan sangat mendukung Nauma. Hubo memberikan Nauma satu sachet susu jahe yang dibelinya di warung.

“Ini buat kamu,”

Tapi mata Hubo malah melihat Naula yang sedang meledek tingkahnya yang lucu memberikan satu sachet susu jahe sambil malu-malu. Sedangkan Nauma berlagak cuek, “oke, doain ya kak,”

Sampai di rumah seperti biasa mereka mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah. Karena Cuma punya cermin kecil 4x8 cm dan itu pun satu, setiap hari mereka saling memanfaatkan untuk bertanya kelengkapan pakaian seragam masing-masing.

“Rambut diikat, seragam pas, sabuk oke, kaos kaki bersih, topi digantung di sabuk, tinggal sepatu ada di luar,”

Di sekolah, di jam istirahat ketika orang lain berkumpul untuk membuka bekal atau makan cemilan bareng yang mereka beli di kantin, Naula dan Nauma hanya duduk di kursinya masing-masing. Naula di kelas B, dan Nauma di kelas J. Naula sibuk dengan menghafal skenarionya di ekstrakurikuler teaternya satu bulan ke depan. Sedangkan Nauma fokus membaca buku taktik bermain catur yang dia pinjam dari perpustakaan.

Sepulang sekolah, sebelum ke rumah mereka pergi ke rumah neneknya untuk membantu membersihkan gudang. Mereka berdua berganti pakaian dan mulai bekerja. Naula dan Nauma mengangkat kasur secara estafet, mengeluarkan rak sepatu, membersihkan alang-alang dari langit-langit gudang, dan terakhir mengangkat lemari yang ternyata di isi beberapa anak tikus. Tanpa takut, Naula mengeluarkan mereka dengan sarung tangan yang sudah neneknya siapkan. Sedangkan Nauma hanya menggigil ketakutan.

Setelah selesai mengeluarkan semua barang, Naula bertugas menyapu dan Nauma mengelap beberapa barang termasuk rak sepatu, kemudian membersihkan kipas angin yang dari awal sudah dijadikan target. Karena debunya yang tebal, membuat Nauma terobsesi untuk membersihkannya. Sampahnya yang banyak Naula kumpulkan di plastik besar, kemudian dia mengelap tembok dan menyemprotkan desinfektan. Segera ia pel lantai dan air bekas pelnya ia siramkan ke pohon besar di halaman belakang rumah neneknya.

“Sudah kak?” seru neneknya. “kalau sudah, pulang saja, biar nenek yang membereskan,”

“tidak mengapa, biar kami saja, nek. Ini tak seberapa daripada jasa nenek yang membesarkan dan merawat ibu kami dulu,” Nauma pun menjawab.

“Iya, karena nenek baik menjaga dan merawat ibu kami. Akhirnya kebaikannya itu ditularkan pula sampai di Naula dan Nauma,” tambah Naula.

Kemudian Naula dan Nauma pun bergegas memasukan barang dan peralatannya ke gudang. Menyusun agar lebih rapi dari posisi semula.

Karena hampir Maghrib, akhirnya mereka pun berpamitan.

Di perjalanan pulang, pandangan Naula dan Nauma terhenti ketika melihat matahari senja. Warnanya yang indah, menghipnotis mereka untuk duduk sementara di bangku lapang bola dekat rumahnya.

“hm,” Naula tiba-tiba menangis merindukan ayahnya.

“tak apa Naula aku juga sama rindu sama ayah. Aku tahu karena bukan kali ini saja kamu menangis terbawa suasana kalau melihat matahari senja. Mending usap air matamu itu . Ini ada sesuatu untuk kamu,”

Nauma mengambil kantong keresek yang diisi dengan sebuah buket, iya itu buket susu jahe.

“Ini semua dari Hubo. Saya kumpulkan karena ada huruf di setiap kemasannya. Hmmm, aku nunggu kemasan terakhir kemarin. Aku kira yang muncul huruf M ternyata huruf L. Ini buat kamu, tapi buket ini dibuat sama aku”

“Kamu cemburu?”

“ya, sedikit. Kecewanya banyak, katanya susu jahenya buat aku. Tapi malah ada huruf L. Untung saya simpan,”

Nauma memberikannya dengan lapang. Mereka pun memandang langit senja itu kembali.

“hm,”


_Selesai_


Selasa, 06 Juni 2023

Ikan di Aquarium

 
Moya, anak gadis dengan jari telunjuk kanan setengah sedang mengekori ibunya. Mereka sekeluarga termasuk ayahnya sedang hunting di toko ikan. Moya yang antusias saat itu ingin dibelikan ikan mas koki dan ikan hias yang lain dengan sigap membantu ibu dan ayahnya berbelanja ikan, ia ingin menjadikan ikan sebagai temannya di waktu² senggang.
Usia Moya yang masih 8 tahun pun membuat beberapa pengunjung berdecak kagum akan kepekaan dan kepintarannya. Dia membawakan keranjang selagi ayah dan ibunya memilih ikan mana yang akan dibeli. Ia pun membeli sekantong cacing sutera sebagai cemilan untuk ikan hiasnya. Sambil menunggu ibu dan ayahnya mengantri untuk membayar belanjaan mereka, sambil duduk ia menyebutkan satu persatu nama ikan hias tanpa melihat label namanya.
Sesampainya di rumah, ayahnya menetralkan air ikan yang dibawa dengan yang ada di aquarium. Dengan cara mendiamkan dahulu bersamaan dengan ikan di plastik kemudian memindahkannya setelah dirasa cukup waktunya.
Sembari menunggu ikannya dinetralkan konsentrat airnya, Moya membersihkan kaca aquarium dengan kedua magnet yang menempel di kaca. Setelah dipindahkan, dan diberi tetesan penjernih air. Kegiatan selanjutnya yang paling ia senangi yaitu, memberikan cacing sutera untuk ikan-ikan hiasnya.
Setelah ia turunkan cacing sutera itu, ikan berkumpul menuju makanannya. Mereka semua Cepat dan tangkas, sekalipun tanaman aquascape menghalangi, mereka menerjangnya tanpa mundur atau berbalik arah. Namun “sebelah sini ikan,” sahut Moya sambil memasukkan jari telunjuk tangan kirinya yang hanya sepanjang dua ruas. Ikan pun berpindah arah juga dan mengikuti gerakan jari mungil Moya. Ikan-ikan itu menuruti seperti sedang dihipnotis.
***
Pagi itu Moya bangun lebih pagi dari biasanya. Ia melihat ke aquarium, ternyata ikan yang paling dia sukai mati. Moya mengambil ikan itu dan menutupnya dengan beberapa lembar tisue. Lalu, pergi menyiapkan peralatan sekolah dan tasnya.
Di meja sarapan, Moya menceritakan kalau Y sudah mati. Ikan itu dinamakan Y diambil dari salah satu huruf namanya, ‘M-O-Y-A’ tersebut. Dari susunan hurufnya berarti ini ikan ketiga milik Moya.
Ikan ketiga Moya yang mati tidak membuat dia bersedih, tapi dia berusaha kembali agar ikan berikutnya tidak mati begitu saja seperti ketiga ikan itu. “Maaf ya, ikan”. Moya memberikan bangkai ikan yang dibungkus tisue itu ke kucing liar yang ada di jalan. “Ikan tetap ikan, tak usah dikubur agar tidak terlalu dikenang. Mending dikasih ke kucing selain mendapatkan pahala, mengenyangkan perutnya juga,” nasihat Ibunya.
Berbeda dengan ikan yang pertama, saat itu usianya masih 5 tahun. Itu pertama kalinya ayah Moya memberikan ikan sebagai hadiah ulangtahunnya. Semua itu dikarenakan Moya selalu menunjuk ke arah penjual ikan. Selain ikan hias, ayahnya pun memberikan aquarium dan beberapa perlengkapan lainnya.
Selain ayahnya yang telaten merawat ikan, ibunya pun ikut belajar hobi ayah dan anak itu. M, ya nama ikan pertamanya. M mati setelah bertelur 5x. Mati karena dimakan bayi kura-kura yang tak sengaja ibu Moya masukan. Meskipun dimakan kura-kura yang bukan kesayangannya, Moya tak lekas harus membuang atau membunuhnya. Tapi dia sendiri yang memindahkan bayi kura-kura itu ke baskom yang ia ambil sendiri. Sayangnya itu baskom favorit ibunya, lantas ayahnya mengganti dengan membelikan aqurium untuk kura-kura ketika sepulang kerja.
O, yaitu ikan Koi kedua milik Moya. Sama seperti M, Moya sangat menyukai ikan itu. Namun karena Moya tak ingin lagi kehilangan ikan kesukaannya, saat itu dia lebih protektif. Dia membuat jadwal, belajar mengukur tubuh ikan, Moya pun sangat memperhatikan ketika ayahnya membersihkan parasit yang ada di tubuh ikan. Ikan mas koki yang dinamai O itu lumayan mahal karena bentuknya yang unik dan ekornya yang indah.
Mereka pun memberikan aquarium khusus untuk O dan pasangannya. Pakan dan vitaminnya pun berbeda sendiri. Dengan harapan O lebih berumur panjang dari M. Semenjak ada O, ibu Moya sangat antusias. Beliau mencari sendiri cara membuat aquascape dari media sosial dan artikel online.
Ibunya mencari bahan aquascape dari lingkungan sekitar rumahnya seperti lumut hijau, batu-batuan dan tumbuhan air.
Saat itu, ketika ayah di luar kota, mereka kehabisan pakan ikan hias. Karena kendaraannya dibawa ayah Moya. Ibu Moya mengambil terigu yang disimpan 3 bulan lamanya. Dia menyaring terigu itu, memindahkan ke tempat baru. Ternyata putihnya terigu tak menjadikannya bersih, masih saja terdapat ulat dan anak-anaknya. Ibu memberikan ulat dan anak-anaknya ke ikan-ikan hias. Benar saja ikan-ikan pun sangat menyukainya, termasuk O si ikan mas koki yang jadi favorit.
Dirasa masih kurang, Moya diajak ibunya ke pinggir sungai kecil di sekitar rumahnya. Ia pun membawa beberapa sendok garam, dan spatula yang sudah tak terpakai. Mereka taburkan di bibir sungai itu. Tak lama mereka menaburkan garam, bukan hanya cacing tanah, belut kecil pun ikut terangsang keluar. Mereka menggali tanah lebih dalam, mengambil lalu memasukan hewan-hewan vertebrata itu ke dalam ember kecil mainan Moya yang biasa dibawa ke pantai. Setelah terkumpul lumayan banyak mereka pun pulang. Dan memberikan air bersih ke dalam ember.

_bersambung_

Coretan

 Navigasi Oleh: Dina. S Dia tidak pernah takut dan menghindar Selalu peduli dan mencoba memperbaiki Saat kau memuja jembatan yang dipakai un...