Jumat, 16 Juni 2023

Titik Pembatas Nama

Mengecat lantai adalah salah satu tugasnya kalau mesin sedang tidak beroperasi. Terkadang dia pun membantu Leadernya untuk mensteples kertas-kertas laporan yang telah diisi dan menyiapkan peralatan-peralatan. Membantu menginput data-data laporan hasil pekerjaan timnyapun termasuk tugasnya. Menginput laporan adalah pekerjaan yang paling dia sukai, karena tempatnya bersih, bau dari pewangi ruangan yang khas tertempel di dekat Air Conditioner membuat setiap orang yang masuk ke ruangan itu merasa nyaman.

Dizo panggilan kecilnya nama panjangnya sebenarnya ada, namun hanya ada satu huruf yaitu S. Jadi selama hidup dia, dia memiliki nama Dizo titik S. Dizo melakukan salahsatu tugasnya yaitu mengecat lantai. Tinggal beberapa meter hampir selesai, tapi bel sudah berbunyi. Dia pun menghentikan pekerjaannya dan memberikan kerucut pembatas jalan untuk memberikan informasi agar tidak boleh ada satu orangpun yang melewatinya.

Dizo pergi ke tempat kerjanya. Dia mengisi laporan kenapa mesinnya tidak beroperasi dan pekerjaan apa saja yang dia lakukan saat mesinnya berhenti. Dia pun mengelap meja, peralatan dan tiangnya. Lalu, temannya memanggil untuk ke kantin bersama.

Di kantin, seperti biasa mereka berbaris untuk mendapatkan jatah makan. Melihat dan memilih menu, Dizo pilih ayam saus nanas menu favoritnya. Lalu, dia menambahkan satu centong nasi dan mengambil satu gelas teh hangat. Duduk di tengah, karena biasanya yang di ujung itu area bebas merokok. Sebenarnya, untuk posisi makan itu lebih enak di tempat tersebut karena angin sejuk melewati dengan lenggang di sana. Dan seharusnya area bebas merokok itu jangan di kantin.

Setelah makan, Dizo mencuci tangannya dengan sabun yang sudah tersedia di belakang kantin. Masuk ke lorong pabrik, Dizo memakai penyanitasi tangan dan ngobrol bersama dengan temannya sambil berjalan menuju ruang istirahat. Mengobrol tentang masa depan, karena saat itu usia mereka sama-sama masih 20 tahun. Temannya itu sedang melanjutkan pendidikan sambil bekerja. Selesai bersekolah dia berencana akan mencari pekerjaan sesuai pendidikan dan minatnya yang selama ini ia pendam. Temannya mengeluarkan beberapa permen mint dari saku seragamnya. Lalu membukakan permen dan menyuapi ke mulut Dizo. Karena tingkahnya yang lucu seperti kakak yang menyuapi adiknya permen, mereka berdua pun tertawa. Tak lama akhirnya mereka pun menangis, berpelukan dan saling mengucapkan kata maaf.

Bel berbunyi mereka kembali ke tempat kerjanya. Dizo pun melanjutkan tugasnya mengecat lantai. Setelah selesai dia melakukan tugas yang lain pekerjaan kesukaannya yang tak lain menginput data. Sepi sekali saat itu di kantor yang luasnya hampir satu lapang futsal. Dizo menginput beberapa laporan safety timnya. Dizo ingat pertama kali dia masuk, dan menghafal kosakata dalam dunia kerja.

Dizo menyelesaikan tugasnya dan kembali ke tempat kerjanya. Dia mengelap sedikit bagian mesin dan menyapu bagian kolongnya. Dia menemukan peralatan kerjanya yang hilang sejak beberapa bulan lalu. Masih dengan tanda yang sama tertulis namanya namun sudah tumpul di bagian atasnya. Mungkin karena sering dipakai dan sengaja disembunyikan di sana, celetuk kecewanya dalam hati.

Selesai menyapu area tempat kerjanya, Dizo menyapu beberapa bagian tempat kerja tim dan area briefing. Sesekali dia dan temannya menyapa jarak jauh dengan saling melambaikan tangan. Sampai di ujung tempat sampah dia pun berganti membantu menyiapkan peralatan. Mengganti penghapus, pensil, lakban, pulpen dan menyiapkan laporan kosong yang nanti akan di isi. Peralatan lainnya ia berikan ke masing-masing user untuk digunakan, spons, palu yang selesai diperbaiki, sikat, hampelas kasar, jangka, alat ukur dan kedok las.

Sesekali dia datang ke tempat timnya untuk membantu mengelap dan membuang sisa proses produksi. Karena proses pekerjaannya yang butuh konsentrasi, Dizo ataupun timnya tak berani untuk saling sapa. Kalau teman akrabnya, dia bekerja di bidang yang lain.

Setengah jam lagi pergantian shift. Dizo membersihkan papan tulis di area briefing. Dia mengganti laporan penerima kaizen, klaim dan piket untuk bulan ini. Menempelkan laporan kosong untuk diisi dengan informasi baru. Untuk laporan tersebut dia memasukkannya ke dalam lubang kotak transparan yang kuncinya hanya dimiliki oleh leader di setiap regu. Dan di akhir jam kerja, Dizo timnya dan tim beda shift berkumpul untuk melakukan briefing bersama. Di akhir, dia bersalaman dengan rekan dan leadernya. Ada yang memasang senyum, ada yang menangis, dan ada yang merangkul sambil memeluknya.

Bel kedua tanda briefing berakhir, kedua timpun berpisah. Yang satu melaksanakan tugas untuk bekerja hingga pagi hari. Dan tim yang lain termasuk Dizo disegerakan pulang karena telah menyelesaikan tugas dari sore hari. Dizo pun berjalan bersama temannya yang beda bagian atau divisi. Mereka menuju loker tanpa obrolan karena rasa sedih Dizo yang membuat keduanya canggung untuk memulai obrolan atau karena keduanya sama-sama sudah kelelahan karena aktivitas hari ini. Sampai di loker, Dizo membersihkan dan mengelap lemari lokernya. Memasukkan barang-barang ke dalam tas, dan menutupnya kemudian berlalu meninggalkan ruang loker menuju area parkir bis.

Di luar hujan turun, dia dan yang lain berhambur menuju ke arah bisnya. Sampai di bis, dia duduk dan mendengarkan lagu favorit. Seketika pikirannya tertuju pada mesin di tempat kerjanya. Dia membuka hp dan melihat foto sketsa yang ia gambar akan mesin tersebut. Dia memikirkan saat-saat bekerja dengan mesin yang ia buat sketsanya. Deru suaranya berbeda dengan yang lain. Dan prosesnya yang lama menunjukan usia mesin itu. Namun hasilnya tidak kalah dengan mesin yang lain. Bagus dan berkualitas. Mungkin hanya perlu mengganti cover mesinnya untuk mengatasi alarm karena safetynya yang kurang. Tapi itu kan pendapat Dizo, Dizo cuma pegawai biasa bukan bagian perbaikan mesin.

Dizo menenggelamkan pandangannya lurus ke arah sketsa mesin tersebut. Aroma tanah yang tercampur air hujan menemaninya di dalam bis tersebut. Dia membuka jendela bis, namun penumpang yang di belakangnya menutup kembali karena airnya yang mencar ke dalam. Dizo pun meminta maaf dan kembali melihat sketsa mesinnya.

Dua bulan awal bekerja dia tidak memegang mesin. Dan dua bulan terakhir dia bekerja, mesin tersebut malah trouble. Saat terakhir pun Dizo seperti dikutuk untuk tidak menyentuh pekerjaannya itu.

...

Di lain waktu dan tempat berbeda, Dizo mengambil sesuatu di sakunya. Beberapa kata yang ditulis dengan aksara kanji sambil melihat ke arah jendela sebelah kirinya. Dia melihat beberapa gumpalan awan. Lalu berkata ke arah teman yang duduk di sebelah kanannya, “Terimakasih dan maaf telah merepotkan”.

Dia menutup kumpulan tulisan aksara kanji itu. Kembali mendengarkan sesuatu yang membuatnya damai namun bukan musik favoritnya. Dia pun larut akan suara itu, suara yang membuat nyaman seperti suara hujan di malam hari dan aroma yang membuat tenang seperti aroma tanah yang basah karena air hujan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Coretan

 Navigasi Oleh: Dina. S Dia tidak pernah takut dan menghindar Selalu peduli dan mencoba memperbaiki Saat kau memuja jembatan yang dipakai un...