Rabu, 31 Juli 2024

Cerpen

 Rumah Kucing

Oleh: Dina. S


(Bagian 2)

Terkadang aku menangis saat hati terasa sesak. Sayangnya aku tidak tahu alasan akan hati ini yang harus merasa sesak dan meneteskan air mata. Ku rapatkan tangan untuk menjadi tumpuan dagu dan seluruh kepala. Kemudian tertidur, untuk sekedar memimpikan memiliki seorang ibu dan merasakan kehangatannya.

Sepertinya hanya malaikat yang selalu datang menghiburku dalam mimpi. Ia mengajakku berlari bersama meski rupa angin dan selembar daun yang ia tampakkan. Mengelus kepala, menyisir rambutku dengan angin sejuknya.

Kali ini aku terbangun karena ia menggelitik ku dengan ranting. Setelah terbangun aku menjerit dan mengeong sekeras-kerasnya hingga bulu di sekujur tubuhku berdiri termasuk dengan ekorku. Mataku terbelalak saat rambut lelembutan menggumpal di sisi tempat aku tertidur. Aroma amis dari kepalanya yang berongga membuat perutku mual. Tak sampai di situ makhluk itu menjerit, lengkingan suaranya hampir memecahkan gendang telingaku. Burung yang hinggap di pohon terbang, kadal yang hendak menaiki pagar pun kembali masuk ke dalam lubang tanah. Perangainya sama sekali tidak disukai. Tiba-tiba datang, memberi keributan lalu pergi meninggalkan rasa sakit.


Saat matahari mulai terbit, ia kembali ke tempatnya. Seperti biasa aku mencari buruan untuk mengganjal perutku. Sebelum aku berjuang, beberapa manusia membekali dengan makanan kering dan air bersih. Mereka menyediakan makanan dengan wadah yang bersih juga. Sayangnya, beberapa dari mereka selalu mengambil potret bersama denganku. Mereka menatap dengan pilu ke arahku yang selalu tidak siap dengan penampilan. Lalu, pergi tanpa pamit setidaknya mengelus kepalaku yang biasa malaikat lakukan.

Selasa, 30 Juli 2024

Cerpen

Rumah Kucing

Oleh: Dina. S


Aku tak pernah tahu dari mana asalku, bagaimana kisahku sewaktu kecil bahkan keberadaan kedua orang tuaku pun aku tidak pernah tahu. Tidak seperti yang lain, setelah dilahirkan induknya dengan penuh kasih sayang menjaga anak-anaknya. Berkumpul dan bermain tentunya berasama saudara-saudaranya.

Namun, jauh sebelum aku bergumam apa saja yang ku bicarakan barusan. Ada seseorang yang memungutku dari dalam kardus di balik tiang listrik. Dia memberikan susu dari dot, melayani aku bagaikan ibu kandungku sendiri. Sayangnya, dia mengembalikan aku di bawah tiang listrik setelah memergoki kekasihnya berselingkuh di warung nasi bumbu.

Darinya ku diperdengarkan kisah Nabi yang menyayangi kucing. Dan ku mulai takjub ketika dia menceritakan 9 nyawa yang dimiliki oleh spesies seperti diriku ini. Aku tidak suka air, maka dari itu aku menjilati tubuhku agar tetap bersih. Lidahku ini dianggap bersih dari bakteri, maka dari itu aku hanya bisa mengeong, bermain dan bermanja-manja.

Di bawah pohon bambu di ujung jembatan tengah kota itu tempatku tinggal. Terkadang berteduh di bawah patokan jalan, kalau matahari bergeser ke lain sisi. Tidak ada yang menyenangkan di sini. Riaknya suara sungai, gemuruh kendaraan yang berlalu-lalang dan sejuknya angin di siang hari. Jika hujan, aku masuk ke bawah kolong jembatan atau di bawah papan iklan. Tak ada yang enak dari keduanya, yang ada rasa menggigil kedinginan di sekujur tubuh hingga ke tulang.

(Bagian 01)


Minggu, 21 Juli 2024

Coretan

 Pelarian

Oleh: Dina. S


Sore yang panjang saat berjalan berdua

Melihat seseorang yang bersemangat meski sendiri

Ritme laju kereta yang sama dengan langkahnya 

Diabadikan saat ia bersenandung tanpa malu


Lelahnya menaklukkan bukit saatku pulang

Kini kulihat ia dengan matanya yang berbinar

Melukiskan langit dalam pikirannya

Bersenda gurau bersama yang menjerit


Peringatan pulang membuyarkan lamunan

Ku ingin melihat dia yang menungguku

Mengaduk pilu dan meretas segala emosinya

Lalu berhura-hura dalam ruang yang sunyi


Ku ingin dia memilih jalan pulang yang sama

Hentakan kaki bukti ku telah melukai hatinya

Ia membangkang lalu pergi menjauh

Sesakkah hatimu untuk memaafkanku?


Sabtu, 20 Juli 2024

Coretan

 Nafas

Oleh: Dina. S


Aku hanya ingin pulang cepat hari ini. Tapi sahabatku mencari cara untuk selalu meruntuhkan niatku. Pakaian yang bersih cerah, ku buat lusuh dan kotor setelah berkali-kali mencoba memadamkan perseteruan yang terjadi di antara dia dengan yang lain.

Mereka pun menarik seragamku, lipatan karya setrika ibu menjadi saksi di mana percikan-percikan merah segar dari hidungku keluar seraya musuh sahabatku menyambar menggoyangkan pelipis dan tulang hidung.

Tanpa melawan ku bungkukkan badan, meraih tangan sahabatku, membopongnya dan meninggalkan tempat itu. Namun mereka tak puas, menyeretnya saat ku lengah.

Inginku berpaling tapi tersibak hati ini saat melihat ringkihan serta tangisnya yang menderai. Ku taklukkan mereka dengan kata maaf. Tanpa mesti tahu kenapa dan untuk apa berkata seperti itu.

Sahabatku kini pergi, dan aku harus berlari menebus salahnya.


x

Senin, 15 Juli 2024

Cerpen

 Roh Kembar

Oleh: Dina.S


Kembali lagi roh kembar keluar dari pori-pori dinding yang kokoh. Setelah kemarin menempa bebatuan berkotak tujuh, kini ia tak gentar mencari permata yang berkilau meski dijatuhi setetes embun pagi.

Tak pernah terpisah, bersama-sama membuat anyaman dari daun kelapa milik nenek yang terbaring lemah. Merasuk ke dalam kulit, melebur setara serbuk batu. Mengendap dan menggantung layaknya tirai di loteng yang gelap gulita.

Mereka mengembara, merayu burung camar dengan ikan berkepala busuk saat hati tengah lara. Seraya lucuti  permata, mereka garangkan jarum-jarum untuk menghunuskan kebengisan.

Roh kembar mengais kebencian yang telah melemahkannya. Menepuk-nepuk sayap untuk mengingat apa yang ingin ia dapatkan. Melengking jeritan saat ia tancapi jarum-jarum, lalu menggali sisa-sisa sayatan kecil.

Roh kembar yang menggigil mulai merobek hutan-hutan dengan ketapel berisi permata yang ia dapatkan. Langit ikut menghibur dengan nada-nada gerimis yang ia runtuhkan.

Kamis, 04 Juli 2024

Coretan

 Penjelasan coretan Rumah Kaca

Oleh: Dina. S

Rumah Kaca berbeda dengan istilah Efek Rumah Kaca. Secara definisi Efek Rumah Kaca itu adalah kemampuan atmosfer yang menjadi pelindung bagi bumi untuk mendapatkan suhu yang nyaman bagi kelangsungan di dalamnya. Sedangkan rumah kaca itu tempat di mana berbagai macam tumbuhan baik buah, bunga atau tanaman lain dikembangkan. Lalu ada pelangi yang berupa hasil penguraian antara cahaya yang mencoba menembus rumah kaca. Meskipun jarang terjadi, tapi saya analogikan hanya untuk tulisan saya. Tapi mungkin bisa saja terjadi. Untuk bunga dan mata definisinya sudah bisa dipahami ‘kan? Bunga itu tanaman sedangkan mata itu ya salah satu dari panca indra.

Sedangkan untuk coretan saya.

Rumah kaca menggambarkan hati.

Bunga itu lebih ke perasaan.

Kelopaknya itu jenisnya.

Sedangkan pelangi itu menggambarkan ilusi. Khusus untuk Pelangi saya sedikit panjang menjabarkannya.

Pelangi itu salah satu sifatnya bumi. Selain bumi itu kuat, bumi juga pembawa ilusi. Salah satunya disudutkan ke waktu. Waktu itu punya sifat konstan tapi di sisi lain membawa pikiran menjadi mengawang-awang. Di saat kita menjalani waktu, di saat itu pula kita mempunyai angan untuk waktu yang akan dijalani, serta mengenang waktu yang telah terlewati.

Pelangi selalu tampak berwarna-warni seperti sifat atau tabiat makhluk yang mengisi bumi.

Pelangi juga seperti warna suara yang berwarna-warni. Ada yang suaranya besar, serak, lembut, tinggi, rendah. Semua makhluk hidup bersuara baik yang di darat atau di laut/air tawar.

Pelangi pun menggambarkan suara yang berwarna, artinya pendapat yang berbeda.

Meskipun sekarang pelangi identik dengan penyimpangan seksual. Tapi pelangi tetaplah pelangi.

Tapi kalau kamu punya hati, pelangi pun seperti sebuah emosi yang ada di hati kamu.

Terlihat namun tak tampak. Seperti apa ya, layaknya bukti palsu? 🤔 Hm, bukan. Bisa jadi seperti idola, yang kalau dikejar semakin menjauh. 😁 Ha-ha-ha.

Pelangi bisa juga diartikan kebohongan yang indah. Di mana hasil proses pembiasan cahayanya tersebut yang membutuhkan kaca yang tebal. Artinya, kenyataan bisa dimanipulasi menjadi beberapa point. Dan itu banyak dipertontonkan akhir-akhir ini.

Sedangkan dalam tulisan saya. Pelangi itu hanya sekedar pemicu atau pendorong bagi yang hatinya hampa. Karena pergolakan diri melihat berbagai rasa yang hadir di hidupnya. Dari orang yang memberikan kehangatan, keraguan, sampai kesedihan.

Maaf, kalau terlalu panjang penjelasan pelangi. Segini dulu penjelasannya.

Tambahan untuk cermin yang memantulkan itu ya salah satu potongan dari pecahan kaca yang menjarak itu, dan tertumpuk di suatu sisi yang bidang namun gelap makanya bisa ngebentuk cermin. Sedangkan maknanya berupa hati yang terketuk bukan tentang plagiarisme warna yang di dapat pelangi menuju ke bunga.

Cermin pun bisa ke fungsi mata. Di mana mata ini memantulkan cahaya ke objek, mata, otak, ke mata lagi, terakhir ke objek. Atau cahaya, mata, otak, ke mata, ke objek.

Pelangi itu dikenyataan hanya memberi kesan sedangkan dalam kiasan bisa berupa banyak hal, seperti: sifat, tabi'at. Namun tetap diujungnya kembali pada asalnya hanya sebuah kesan dan mata hanya sebuah katalisator pesan bagi kita untuk yang lain.

Nah, gitu... Panjang kan? Sebenernya mau dibikin versi yang lebih lengkap. Tapi kayaknya gini aja udah seru. 😁


Coretan

 Navigasi Oleh: Dina. S Dia tidak pernah takut dan menghindar Selalu peduli dan mencoba memperbaiki Saat kau memuja jembatan yang dipakai un...