Rumah Kucing
Oleh: Dina. S
(Bagian 2)
Terkadang aku menangis saat hati terasa sesak. Sayangnya aku tidak tahu alasan akan hati ini yang harus merasa sesak dan meneteskan air mata. Ku rapatkan tangan untuk menjadi tumpuan dagu dan seluruh kepala. Kemudian tertidur, untuk sekedar memimpikan memiliki seorang ibu dan merasakan kehangatannya.
Sepertinya hanya malaikat yang selalu datang menghiburku dalam mimpi. Ia mengajakku berlari bersama meski rupa angin dan selembar daun yang ia tampakkan. Mengelus kepala, menyisir rambutku dengan angin sejuknya.
Kali ini aku terbangun karena ia menggelitik ku dengan ranting. Setelah terbangun aku menjerit dan mengeong sekeras-kerasnya hingga bulu di sekujur tubuhku berdiri termasuk dengan ekorku. Mataku terbelalak saat rambut lelembutan menggumpal di sisi tempat aku tertidur. Aroma amis dari kepalanya yang berongga membuat perutku mual. Tak sampai di situ makhluk itu menjerit, lengkingan suaranya hampir memecahkan gendang telingaku. Burung yang hinggap di pohon terbang, kadal yang hendak menaiki pagar pun kembali masuk ke dalam lubang tanah. Perangainya sama sekali tidak disukai. Tiba-tiba datang, memberi keributan lalu pergi meninggalkan rasa sakit.
Saat matahari mulai terbit, ia kembali ke tempatnya. Seperti biasa aku mencari buruan untuk mengganjal perutku. Sebelum aku berjuang, beberapa manusia membekali dengan makanan kering dan air bersih. Mereka menyediakan makanan dengan wadah yang bersih juga. Sayangnya, beberapa dari mereka selalu mengambil potret bersama denganku. Mereka menatap dengan pilu ke arahku yang selalu tidak siap dengan penampilan. Lalu, pergi tanpa pamit setidaknya mengelus kepalaku yang biasa malaikat lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.