Selasa, 30 Juli 2024

Cerpen

Rumah Kucing

Oleh: Dina. S


Aku tak pernah tahu dari mana asalku, bagaimana kisahku sewaktu kecil bahkan keberadaan kedua orang tuaku pun aku tidak pernah tahu. Tidak seperti yang lain, setelah dilahirkan induknya dengan penuh kasih sayang menjaga anak-anaknya. Berkumpul dan bermain tentunya berasama saudara-saudaranya.

Namun, jauh sebelum aku bergumam apa saja yang ku bicarakan barusan. Ada seseorang yang memungutku dari dalam kardus di balik tiang listrik. Dia memberikan susu dari dot, melayani aku bagaikan ibu kandungku sendiri. Sayangnya, dia mengembalikan aku di bawah tiang listrik setelah memergoki kekasihnya berselingkuh di warung nasi bumbu.

Darinya ku diperdengarkan kisah Nabi yang menyayangi kucing. Dan ku mulai takjub ketika dia menceritakan 9 nyawa yang dimiliki oleh spesies seperti diriku ini. Aku tidak suka air, maka dari itu aku menjilati tubuhku agar tetap bersih. Lidahku ini dianggap bersih dari bakteri, maka dari itu aku hanya bisa mengeong, bermain dan bermanja-manja.

Di bawah pohon bambu di ujung jembatan tengah kota itu tempatku tinggal. Terkadang berteduh di bawah patokan jalan, kalau matahari bergeser ke lain sisi. Tidak ada yang menyenangkan di sini. Riaknya suara sungai, gemuruh kendaraan yang berlalu-lalang dan sejuknya angin di siang hari. Jika hujan, aku masuk ke bawah kolong jembatan atau di bawah papan iklan. Tak ada yang enak dari keduanya, yang ada rasa menggigil kedinginan di sekujur tubuh hingga ke tulang.

(Bagian 01)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Coretan

 Navigasi Oleh: Dina. S Dia tidak pernah takut dan menghindar Selalu peduli dan mencoba memperbaiki Saat kau memuja jembatan yang dipakai un...