Roh Kembar
Oleh: Dina.S
Kembali lagi roh kembar keluar dari pori-pori dinding yang kokoh. Setelah kemarin menempa bebatuan berkotak tujuh, kini ia tak gentar mencari permata yang berkilau meski dijatuhi setetes embun pagi.
Tak pernah terpisah, bersama-sama membuat anyaman dari daun kelapa milik nenek yang terbaring lemah. Merasuk ke dalam kulit, melebur setara serbuk batu. Mengendap dan menggantung layaknya tirai di loteng yang gelap gulita.
Mereka mengembara, merayu burung camar dengan ikan berkepala busuk saat hati tengah lara. Seraya lucuti permata, mereka garangkan jarum-jarum untuk menghunuskan kebengisan.
Roh kembar mengais kebencian yang telah melemahkannya. Menepuk-nepuk sayap untuk mengingat apa yang ingin ia dapatkan. Melengking jeritan saat ia tancapi jarum-jarum, lalu menggali sisa-sisa sayatan kecil.
Roh kembar yang menggigil mulai merobek hutan-hutan dengan ketapel berisi permata yang ia dapatkan. Langit ikut menghibur dengan nada-nada gerimis yang ia runtuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.