Rabu, 06 September 2023

Menjelaskan tulisan yang berjudul ‘Coretan Biasa’

 

Assalamualaikum wr, wb...

Mohon maaf sebelumnya bikin kaget, tulisan berjudul ‘Coretan Biasa’ itu sebenarnya ungkapan rasa cinta saya ke papanya Ina yang takkan pernah bisa dibalas.

Mohon maaf, buat yang suudzon nyampe berani banget nge-nyindir pas saya main ke rumah nenek. “Awas banyak kuman,” katanya. Saya baca lagi ih iya bisa juga dikonotasikan ke arah sana. Maaf sekali lagi arahnya bukan ke sana.

Bisa dijelaskan perbaitnya kok. Itu semua terinspirasi dari goresan tembok yang retak-retak sedikit di kamar.

Isi coretan itu adalah usaha saya untuk mendapatkan perhatiannya dia. Dari peran saya sebagai ibu yang menjaga anaknya. Artinya menutup kekurangan, dan selalu memprioritaskan dia yang saya sayang (digambarkan dari ember-ember kecil yang menindih jamur-jamur di pohon nangka). Jangan sampai salah paham ya, bukan saya jadi Ibunya Nana. Hahahaha. Awas salah. Sedangkan anak-anak berenang ya saya dengan jenis tingkah kekanak-kanakan yang cuma pengen dapat perhatian dia.

Lanjut berperan sebagai dua remaja. Yang dimaksudkan pernah cari rejeki sendiri untuk gambaran remaja yang menatap umpan. Dan untuk yang tidur di tutup koran tahun lalu. Ya, saya yang sekarang ga kemana-mana, yang selalu mengingat masalalu.

Bapak berkemeja biru terinspirasi dari alm kakek yang sering pake batik biru tosca kalau beli orson. Itu untuk seseorang yang memberikan arahan dan nasihat untuk kita berdua. Entah keluarga, tetangga, teman atau kesadaran diri sendiri. Namun sekeras (dari suara botol yang beradu), tetap pendiriannya papa Ina ga goyah. Hahahaha.

Kemudian hujan turun, itu diartikan ke Nana yang ninggalin saya selama setahun. Peran saya yang melindungi dia meskipun tak sehebat bundanya, dan peran yang lain yang ingin dia terpikat, lambat laun melepaskan semua itu.

Kemudian gadis yang menjinjing sandal... Ya, status baru saya. Harusnya janda gitu ya? Tapi dicoretan ini maksudnya ke perasaan saya yang bener-bener ga mau berpisah. Keukeuh, dan belum dewasa menerima kenyataan dan keadaan dengan lapang dada.

Oh iya ikan-ikan yang bergerumun di bawah jembatan itu dan ga ada satu pun yang terpikat umpan dua remaja.

Itu perasaan dia yang sudah ga bisa berubah pikiran untuk berbalik ke saya lagi. Dan jembatan di sana, ya tempat kita berpisah. Dia berpaling ke yang lain, sedangkan saya ya menjanda... Kan menjinjing sendal. Nah, soal hujan itu ya tanda perpisahan.

Jadi, kalau boleh... Mending nanya maksud tulisan ‘Coretan Biasa’ itu apa...


Wassalamu'alaikum, wr wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Coretan

 Navigasi Oleh: Dina. S Dia tidak pernah takut dan menghindar Selalu peduli dan mencoba memperbaiki Saat kau memuja jembatan yang dipakai un...